BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Populasi
adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Anggota populasi bisa benda hidup
atau benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati.
Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut “Populasi
Infinitif” atau tidak terbatas dan populasi yang diketahui dengan pasti
jumlahnya (Populasi yang dapat diberi nomor identifikasi, misalnya murid
sekolah, mahasiswa, disebut “Populasi finit”.
Suatu
kelompok objek yang berkembang terus (Melakukan proses sebagai akibat kehidupan
atau proses kejadian) adalah populasi infinitif. Misalnya penduduk suatu negara
adalah populasi infinit karena setiap waktu terus berubah jumlahya. Apabila
penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat, maka populasi yang infinit
bisa berubah menjadi populasi yang finit. Misalnya penduduk suatu negara adalah
populasi yang infinit karena setiap waktu terus berubah jumlahnya. Apabila
penduduk tersebut dibatasi oleh waktu dan tempat, maka populasi yang infinit
bisa berubah menjadi populasi yang finit.
Umumnya
populasi yang infinit adalah teori saja, sedangkan kenyataan dalam prakteknya
semua benda hidup tergolong populasi yang finit. Bila dinyatakan bahwa 60% penduduk
Indonesia adalah nelayan, ini berarti bahwa dalam 100 orang penduduk Indonesia,
ada 60 orang nelayan. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi itu
disebut “Parameter”. Jadi, populasi yang didapat harus didapat harus
didefinisikan dengan jelas termasuk didalamnya ciri dimensi waktu dan tempat.
Sampel
adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (menurut arti kata
sampel berarti contoh)
Pengambilan
sampel dilakukan dalam rangka
1.
Penghematan biaya, tenaga, dan waktu
lebih mudah
2.
Memberi informasi yang
lebih banyak dan mendalam
3.
Lebih
cepat dan lebih mudah
4.
Dapat
ditangani lebih teliti
Pengambilan
sampel merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih, (tidak mungkin
mempelajari seluruh populasi) misalnya :
1.
Mencicipi
duku yang dibeli
2.
Mencicipi
garam di dapur,
1.2
Tujuan
Tujuan pengambilan sampel
1.
Untuk
memudahkan proses penelitian. Karena populasi terlalu banyak
2.
Menghindarkan terjadinya bias, kesalahan
dalam proses penelitian.
3.
Untuk menghemat biaya dan tenaga serta
waktu.
BAB II
PEMBAHASAN
pengambilan
sampel beranekaragam maka cara pengambilan sampel harus disesuaikan berdasarkan
tujuan penelitian dan kondisi populasi, seperti luas, sebaran, dan sebagainya.
2.1 Metode
pengambilan sampel
Sampling
adalah teknik cara atau teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel. Pada
dasarnya ada dua cara pengambilan sampel (Random sampling dan non random
sampling) (DJarwanto, 1985 : 114).
Keuntungan utama dari sampling dibandingkan dengan
pencatatan menyeluruh (sensus) adalah :
1.
Penyelidikan biaya yang terbatas (reduced
cost).
2. Menghemat
waktu dan tenaga (greater spreeder).
3.
Penghematan pada hal-hal khusus.
Kelemahan-kelemahan sampling
Dalam keadaan tertentu faedah dari sampling menimbulkan
keragu-raguan. dapat disebutkan sebagai berikut :
1.
Jika data yang diperlukan dari wilayah-wilayah yang amat kecil maka
diperlukan sampel yang relatif besar
populasinya
2.
Jika data yang dibutuhkan adalah untuk
beberapa periode waktu yang teratur dan diperlukan untuk mengukur perubahan
yang sangat kecil dari suatu period ke periode berikutnya, sampel yang besar
mungkin dibutuhkan.
3.
Jika dalam survai, pengambilan sampel
harus dikeluarkan biaya administrasi yang besarnya luarbiasa disebabkan oleh
pekerjaan pemilihan sampel, pengawasan dan sebagainya, sampling mungkin tidak
praktis.
Jenis random sampling :
1.
Pengambilan
sampel acak sederhana (Simple random sampling)
2.
Pengambilan sampel acak stratifikasi
(Stratified random sampling)
3.
Pengambilan sampel acak bertahap
(Multistage random sampling)
4.
Pengambilan sampel secara acak
sistematik (Sistimatic random sampling)
5. Pengambilan
sampel acak kelompok (cluster random sampling)
Pengambilan
sampel dilakukan secara acak sedemikian rupa sehingga probabilitas setiap unit
sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel tanpa acak dilakukan sedemikian
rupa sehingga probabilitas setiap unit sampel tidak diketahui dan faktor subjek
memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel tanpa acak ini,
walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat kewakilan yang
tinggi, tetap dapat diwakili secara objektif. Pengambilan sampel tanpa secara
acak ini digunakan bila kita ingin mengambil sampel yang sangat kecil pada
populasi yang sangat besar karena dengan cara apapun tidak mungkin mendapatkan
sampel
Suatu
cara pengambilan sampel disebut random apabila kita tidak memilih-milih
individu yang akan dijadikan anggota sampel. Seluruh individu dalam populasi m
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tabel bilangan random:
Misalnya,
1.
Besarnya populasi 800 diambil 3 kolom lalu
urutkan ke bawah sampai jumlah sampel yang diinginkan
2.
Bila diperoleh angka yang lebih besar dari
populasi maka angka tersebut tidak digunakan
3.
Demikian pula bila
memperoleh angka yang sama dua kali maka
satu angka tidak digunakan
Tabel bilangn random terlampir di
belakang.
2.1.1 Random Sampling
1. Pengambilan
sampel secara acak sederhana (Simple random sampling)
Pengambilan
sampel secara acak sederhana adalah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga
sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
----- Syarat
1. Harus mempunyai unit dasar atau sampling
2. Populasi tersebar
-Keuntungan
:
Pengambilan
sampel acak sederhana mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1.
Ketepatan
yang tinggi artinya setiap unit sampel mempunyai probabilitas yang sama untuk
diambil sebanyak untuk diambil sebagai
sampel
2.
Kesalahan
sampling dapat ditentukan secara kuantitatif.
3.
Dapat dilakukan pada populasi yang besar.
-Kelemahan
Pengambilan sampel
secara acak sederhana membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang sangat besar.
-Teknik pelaksanaan
pengambilan sampel
Cara
pengambilan sampel tergantung besar populasi
1.
Bila
populasi kecil (dilakukan secara lotre) dibuat daftar semua unit sampel
2.
Beri nomor secara berurutan
3.
Semua
unit sampel di tulis pada gulungan kertas
Sedangkan pengambilan sampel dengan populasi besar
dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random dengan cara sebagai berikut
:
1. Tentukan
besarnya populasi studi
2.
Buat
daftar unit sampling (sampling frame)
3.
Semua
sampling unit diberi nomor urut agar
mudah dalam mencocokkan
4.
Pengambilan
sampel pertama, tentukan sembarang angka yang terdapat pada tabel nomor random
kemudian ambil kolom sebelahnya yang
sesuainya dengan banyaknya digit populasi.
Random sampling
Suatu cara pengambilan sampel disebut random apabila kita
tidak memilih-milih individu yang akan dijadikan anggota sampel. Seluruh
individu dalam populasi m memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota
sampel. Sering Hal yang perlu diperhatikan dalam tabel bilangan random:
Misalnya,
1.
Besarnya
populasi 800 diambil 3 kolom lalu urutkan ke bawah sampai jumlah sampel yang
diinginkan
2.
Bila
diperoleh angka yang lebih besar dari populasi maka angka tersebut tidak
digunakan
3. Demikian
pula bila memperoleh angka yang sama dua
kali maka satu angka tidak digunakan.
Bila
tidak mempunyai bil random , pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
menggunakan gulungan kertas yang ditulis darii 0 sampai 9 atau disesuaikan
dengan besarnya populasi kemudian diambil sesuai dengan jumlah digit
Probabilitas
teoritis karena besarnya peluang suatu kejadian dapat ditentukan berdasarkan
logika atau teori sebelum peristiwanya terjadi.
Probabilitas
suatu even adalah jumlah hasil yang diharapkan terjadi pada sejumlah event (n)
dibagi dengan jumlah semua kemungkinan yang dapat terja
Pengambil
sampel tanpa acak (Non Random Sampling)
yang akan diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Pengambil sampel seadanya (Accidental
sampling)
2.
Pengambil sampel berjatah (quota sampling)
3.
Pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan (purposive sampling)
2 Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Populasi dibagi-bagi menjadi beberapa bagian/
subpopulasi/ stratum. Angota-anggota dari sub-populasi (stratum) dipilih secara
random, kemudian dipilih secara
random, kemudian dijumlahkan
1.
Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi
populasi ke dalam beberapa strata, dimana setiap strata adalah homogen. Antar
strata ada sifat yang
2.
Berbeda kemudian dilakukan dengan pengambilan
sampel pada setiap strata yang berbeda
·
Ciri-ciri:
1. Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan
pengambilan sampel acak sederhana. Hal ini dapat terjadi bila pengelompokan
dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu kelompok mempunyai perbedaan yang
sangat kecil mungkin, sedangkan perbedaan antarkelompok yang sebesar mungkin
dan pengambilan sampel dilakukan secara proposional.
2.
Pengambilan
sampel acak dengan stratifikasi akan lebih efekti bila dalam distribusi
populasi terdapat nilai ekstrim dianrtara kelompok itu sendiri.
3. Setiap unit mempunyai peluang yang sama
untuk diambil sebagai sampel.
·
Keuntungan
Keuntungan menggunakan pengambilan acak
dengan stratifikasi adalah ketepatan yang lebih tinggi dengan simpangan baku
1.
Proportionate
stratified random sampling
Suatu
cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak homogen yang
terdiri atas kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara proporsional.
2.
Dispropotinate
stratified random sampling
Suatu cara pengambilan sampel yang
digunakan bila anggota populasi tidak homogeny
terdiri atas kelompok homogen atau berstrata kurang secara proporsional.
Misalkan kita bermaksud memperkirakan
penghasilan rata-rata pertahun dari (N = 30.000) kepala keluarga yang bermukim
di suatu wilayah pedesaan atau pertanian. Perkiraan penghasilan rata-rata ini
akan didasarkan pada sebuah sampel berukuran (η = 60). Misalnya populasi itu
dapat dibagi-bagi menjadi beberapa strata, yakni : petani, buruh tani, dan
lain-lain.
Stratum
|
Macam Pekerjaan
|
Banyaknya
|
1
|
Petani
|
15.000
|
2
|
Buruh
Tani
|
10.000
|
3
|
Lain-lain
|
5.000
|
Jumlah
|
30.000
|
Dari stratum pertama
kemudian diambil sebuah sampel random, dari statum kedua juga diambil sebuah
sampel random demikian juga pada stratum ke tiga. Hasilnya kemudian digabungkan
menjadi sebuah sampel yang diperlukan untuk memperkirakan penghasilan rata-rata
pertahun.
Apabila pengambilan banyak individu dari
setiap stratum ditentukan sebanding dengan ukuran-ukuran tiap stratum dan
pengambilannya dilakukan secara random, dinamakan (Proportional Random Sampling). Misalnya dari contoh tersebut
populasi sebanyak 30.000 akan diambil sebuah sampel berukuran 60. Anggota
sampel sebesar 60 ini adalah 1/5 % dari ukuran populasi. Maka dari stratum
petani perlu diambil secara random sebanyak 1/5% dari 15.000 atau 30 orang,
dari stratum buruh tani sebanyak 1/5% dari 10.000 atau 20 orang dan dari
stratum lain-lain sebanyak 1/5% dan dari stratum laim-lain sebanyak 1/5 % dari
sebanyak 1/5 % dari 5000 orang atau 10 orang. Jumlah seluruhnya 60 orang,
sebanyak sampel yang dikehendaki (Djarwanto, 1985 : 86).
Misalnya kita menghendaki sebuah
sampel berukuran 85 dari sebuah populasi yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari populasi itu diberi nomor
urut 001 sampai dengan 850. Maka bagilah individu menjadi 85 kumpulan
(sub-populasi) dimana setiap kumpulanSub-populasi pertama berisi individu
bernomor 001 sampai dengan 010 sampai dengan 010, sub populasi kedua berisi
individu dengan nomor 011 sampai dengan 020 dan seterusnya sampai sub populasi
yang ke-85 berisi individu dengan nomor
841 sampai dengan 850. Dari subpopulasi pertama kita gunakan “tabel bilangan
random” untuk mendapatkan sebuah anggota dari sampel yang dikehendaki. Misalkan
jatuh pada nomor 005, maka dari subpopulasi kedua diambil individu dengan nomor
005 + 010 = 015, dari kumpulan ketiga individu bernomor =015 + 010 = 025 dan
seterusnya.
Jika dari subpopulasi
pertama, individu yang diambil secara
random jatuh pada nomor 003, maka individu berikutnya perlu diselidiki untuk
sampel itu adalah yang bernomor 013, 023, 033….dan seterusnya.
3 Teknik sampling sistimatik (Systimatik random sampling)
Prosedur :
1)
Diberikan nomor pengenal kepada individu
populasi yang homogen secara merata dan berurutan
2)
Ditentukan proporsi sampel yang akan diambil,
misalnya untuk populasi 100 dengan sampel sejumlah 10, berarti proporsinya
10/100 =1/10 atau 10%
3)
Sampel yang pertama ditentukan satu di antara
10 nomor urut pertama secara acak sederhana, misalnya nomor 5, maka sampel
berikutnya adalah nomor 15, 25, 35, 45, 55, 65, 75, 85, 95
Metode “systematic sampling” dapat
digunakan dalam keadaan (Teken, 1965 : 71)
1. Apabila
nama atau identifikasi dari satuan-satuan individu dalam populasi itu terdapat
dalam suatu daftar, sehingga satuan-satuan tersebut dapat diberi nomor urut.
2. Apabila
populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok-blok dalam kota itu dapat diberi
nomor urut, sedang rumah- rumah pada suatu jalan biasanya sudah mempunyai nomor
urut (Djarwanto, dkk, 1985 : 116).
Keuntungannya :
a.
Dapat
dipilih apabila acak sederhana tidak mungkin untuk dilaksanakan
b.
Unit
sampel dapat secara teratur penyebarannya dalam populasi sehingga dapat lebih
dapat mewakili populasi dibanding dengan acak sederhana.
c.
Pada kondisi-kondisi tertentu, rumus-rumus untuk
penghitungan parameter dan varians dari acak sederhana dapat digunakan untuk acak sistimatik
Kekurangannya :
a.
Kesalahan besar dapat terjadi karena
kerangka sampling dibuat berdasarkan siklus yang tertentu dengan sebagai jarak
dari siklus tersebut. Misalnya, melakukan recall 24 jam secara berulang untuk
hari tertentu dalam 1 minggu. Secara acak sistimatik dari angka 1 (Minggu)
sampai 7 (Sabtu) terpilih angka 4 (Rabu), sehingga recall dilakukan hanya untuk hari Rabu saja, sehingga tidak dapat
mewakili hari-hari dalam seminggu.
b.
Mempunyai kesulitan di lapangan seperti
juga pada acak sederhana.
Misalnya
kita menghendaki sebuah sampel berukuran 85 dari sebuah populasi yang berukuran
850. Setelah setiap
individu dari populasi itu diberi nomor urut 001 sampai dengan 850. Maka
bagilah individu menjadi 85 kumpulan (sub-populasi) dimana setiap
kumpulanSub-populasi pertama berisi individu bernomor 001 sampai dengan 010,
sub populasi kedua berisi individu dengan nomor 011 sampai dengan 020 dan
seterusnya sampai sub populasi yang ke-85 berisi individu dengan nomor 841 sampai dengan 850. Dari
subpopulasi pertama kita gunakan “tabel bilangan random” untuk mendapatkan
sebuah anggota dari sampel yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005,
maka dari subpopulasi kedua diambil individu dengan nomor 005 + 010 = 015, dari
kumpulan ketiga individu bernomor =015 + 010 = 025 dan seterusnya (Djarwanto,
dkk, 1985 : 226).
c.
Jika dari subpopulasi pertama, individu
yang diambil secara random jatuh pada
nomor 003, maka individu berikutnya perlu diselidiki untuk sampel itu adalah
yang bernomor 013, 023, 033….dan seterusnya.
Jenis-jenis metode pengambilan sampel
berdasarkan stratifikasi
Misalkan kita bermaksud memperkirakan penghasilan
rata-rata pertahun dari (N = 30.000) kepala keluarga yang bermukim di suatu
wilayah pedesaan atau pertanian. Perkiraan penghasilan rata-rata ini akan
didasarkan pada sebuah sampel berukuran (η = 60). Misalnya populasi itu dapat dibagi-bagi
menjadi beberapa strata, yakni : petani, buruh tani, dan lain-lain.
Stratum
|
Macam Pekerjaan
|
Banyaknya
|
1
|
Petani
|
15.000
|
2
|
Buruh
Tani
|
10.000
|
3
|
Lain-lain
|
5.000
|
Jumlah
|
30.000
|
4.
Pengambilan sampel acak secara bertahap
(Multistage Random Sampling)
Cara
ini merupakan salah satu model pengambilan sampel secara acak yang
pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi yang
dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil kemudian diambil
sampelnya. Pembagian menjadi
fraksi ini dilakukan terus sampai pada unit sampel yang diinginkan. Unit sampel
pertama disebut Primary Sampling Unit (PSU).
PSU dapat berupa fraksi besar atau fraksi
kecil. Pengambilan sampel acak setingkat ini biasanya digunakan bila kita
ingin mengambil sampel dengan jumlah yang tidak banyak pada populasi yang
besar.
Pada pengambilan acak dengan PSU besar akan mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1.
Varian
yang relatif kecil untuk biaya setiap unit
2.
Kontrol
terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik
3.
Penelitian
ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil
4.
Kontrol
terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan
Pengambilan dengan PSU kecil mempunyai ketepatan yang
lebih tinggi dibandingan dengan PSU besar, karena populasi dibagi menjadi
menjadi fraksi-fraksi kecioll yang
banyak jumlahnya hingga pengambilan sampel
dapat dilakukan secara merata pada seluruh populasi.
Kerugian
Pada PSU besar, penggambaran terhadap kurang baik,
sedangkan dengan PSU kecil hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi
tersebar dan transportasi mudah (Budiarto, eko : 2005 :21).
5. Cluster random sampling
Pengambilan sampel acak dengan kelompok dilakukan apabila
kita akan mengadakan suatu penelitian dngan mengambil kelompok unit dasar
sebagai sampel.
Cluster sampling dapat dilakukan denga membagi populasi
menjadi bebeapa blok sebagai cluster
dan dilakukan pangambilan sampel kelompok tersebut.
Misalnya kita akan mengadakan penelitian tentang status
gizi anak Sekolah Dasar di suatu kotaa maka diambil sampel sekolah sebagai unti
sampel. Bila seluruh murid SD sampel diteiliti status gizinya maka disebut one
stage Simple Cluster Sampling. Namun, bila diperoleh sampel sekolah
dilakukan pengambilan sampel lagi maka disebut Two Stage Simple Cluster Sampling.
Sampel yang
diperlukan terdiri atas individu-individu (anggota) yang berada dalam kelompok
yang terpilih itu. Jika kelompok-kelompok tersebut merupakan pembagian
daerah-daerah geografis, maka cluster sampling ini disebut juga area sampling
(Djarwanto, 1985 : 87).
Misalkan kita ingin memilih sebuah sampel berukuran 100 kepala
keluarga dengan cara cluster sampling dari populasi dari poopulasi tentang
perumahan
2.1.2 Metode pengambilan sampel non
random sampling
1.Pengambilan
sampel seadanya (accidental sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bertemu. Sebagai
contoh, dalam menentukan sampel apabila
dijumpai ada, maka sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai
sampel utama (Hidayat, AA Aziz ‘Alimul, 82)
2.
(quota sampling)
Menurut KBBI quota artinya jatah. Pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan)
Cara pengambilan sampel dengan jatah hampir sama dengan
pengambilan sampel seadanya, tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk
mengurangi terjadinya bias. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan jatah sangat
tergantung pada peneliti, tetapi dengan kriteria dengan jumlah yang telah
ditentukan sebelumunya.
Contoh tentang tingkat pendidikan masyarakat. Dalam
hal ini telah ditentukan jumlahnya, yaitu sebanyak 100 orang dengan kriteia 50
orang laki-laki dan 50 orang wanita yang berumur 20 sampai dengan 35 tahun,
tetapi 50 orang laki-laki dan 50 orang wanita mana yang akan diteliti
tergantung sepenuhnya pada peneliti ( (Budiarto, eko, 2002 : 26).
3.Pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan (purposif sampling)
Adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu sehingga keterwakilannya ditentukan peneliti berdasarkan pertimbangan
orang yang telah berpengalaman berbagai pihak.
Cara ini lebih baik dari 2 cara sebelumnya karena
berdasarkan pengalaman berbagai pihak.
Sampel diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dari penyelidik. Dalam kuota sampling, para pencaca diminta untuk
wawancara dengan sejumlah individu yang mempunyai karakteristik atau sifat-sifat
tertentu (Jarwanto,dkk, 1985 :119). Misalnya untuk mengetahui pendapat umum
tentang sesuatu hal yang sedang diselidiki, sipeneliti dapat berwawancara
dengan 18 orang keturunan Cina yang mempunyai penyakit Diabetes Militus, 25 orang India yang tinggal di Indonesia yang
mempunyai penyakit ISPA, 76 orang Indonesia yang mempunyai penyakit Diare.
2.2 Besar sampel
Pertimbangan representatif yaitu yang menyangkut jumlah
minimum yang menyangkut minimum sampel yang masih menjamin represantif terhadap
populasi
Pertimbangan
analisis yaitu pertimbangan jumlah minimum sampel yang dapat dianalisis
secara kuantitatif
a.
Tingkat homogenitas
b.
Banyaknya variabel
c.
Jenis rancangan
d.
Teknik analisis
Rumus Besar sampel 1 populasi
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk estimasi
1)
Apabila
sampling menggunakan teknik simple random
sampling
1) Data
kontinu
Untuk data kontinu jika populasinya infinit (tidak
diketahui), maka rumus besar sampelnya adalah (Hidayat, AA Aziz ‘Alimul, 2007 :
72):
n = Z21-α/2ơ2
d2
Keterangan :
n =
Besar sampel minimum
Z21- α/2 = Nilai distribusi normal baku (Tabel Z)
ơ2 =
Harga varians di populasi
d = Kesalahan
absolut yang dapat ditolerans
Untuk data kontinu untuk jika populasinya finit atau
diketahui, maka rumus besar sampelnya adalah :
n = NZ21-
α/2 α2
(N-1).d2
+ Z21-α/2ơ2
Keterangan
:
N = besar populasi
N = besar populasi
2) Data
proporsi
Untuk
data proporsi jika populasinya infinit (tidak diketahui), maka rumus besar
sampelnya adalah (Hidayat, AA Aziz ‘Alimul) :
n = Z21-α/2.P(1-P)
d2
Keterangan
:
n = Besar sampel minimum
Z21-α = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
P = Harga proporsi di populasi
d = Kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi
Untuk data proporsi jika populasinya finit (diketahui),
maka rumus besar sampelnya adalah :
n = Z21-α/2.P(1-P)
(N-1).d2 + Z21-α/2.P (1-P)
Keterangan
:
N
= Besar populasi
2)
Stratified
Radom sampling
1) Data kontinu
Rumus besar sampelnya adalah
|
|
L L
n = Z21-α/2
N2h. ơ2h / [ N2d2 + Z21-α/2
Nh ơ2h]
h-1 wh
h-1
Keterangan :
n = besar sampel minimum
N = besar populasi
Z21-α = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
ơ2h = Harga varians di strata
d = Kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi
Wh = Fraksi dari observasi yang dialokasi pada
strata h = Nh/N, jika
digunakan alokasi strata, W = 1/ L
L = Jumlah seluruh strata yang ada
2) Data
proporsi
Rumus
besar sampelnya adalah :
|
|
L
L
n = Z21-α/2
N2h. ơ2h / [ N2d2 + Z21-α/2 Nh ơ2h]
h-1 Wh
h - 1
Keterangan :
n = besar sampel minimum
N = besar populasi
Z21-α = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
Ph = Harga proporsi
di strata h
d = Kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi
Wh = Fraksi dari observasi yang dialokasi pada
strata h = Nh/N, jika
digunakan alokasi strata, W = 1/ L
L = Jumlah seluruh strata yang ada
1)
Data kontinu
Rumus besar sampelnya adalah
n
= NZ21- α/2
α2
(N-1).d2(N/C)2+
Z21-α/2ơ2
Kesalahan : n
= besar sampel (jumlah cluster) minimum
N =
besar populasi
Z21-α = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
ơ2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi
C = jumlah seluruh cluster
di populasi
2) Data
proporsi
Rumus
besar sampelnya adalah :
Kesalahan : n = besar sampel (jumlah cluster) minimum
N = besar populasi = Ƹmi (banyaknya elemen
pada cluster ke-i)
Z21-α = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
ơ2 = Ƹ (ai – miP)2 / (C-1) dan P
= Ƹai/mi
d = kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi
C = jumlah seluruh cluster
di populasi
2. Uji
Hipotesis
1)
Data kontinu
Rumus besar sampelnya adalah (Hidayat, A Aziz ‘Alimul).
n = ơ2 (Z1- α/2 +Z1-β)2
(μ0-μơ)2
Keterangan :
n =
Besar sampel minimum
Z1- α/2 = Nilai
distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu
Z1-β = Nilai distribusi normal baku (Tabel Z)
pada β tertentu
ơ2
= Harga varians di populasi
μ0-μơ = Perkiraan
selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi
2.3 Kesalahan sampel
Pada umumnya kesalahan ini sering terjadi
pada waktu menelaah sampel yang akan dipakai sebagai dasar untuk membuat
kesimpulan mengenai populasi darimana sampel itu diambil.
Penelitian
yang dilakukan terhadap sampel yang diambil dari suatu populasi dan penelitian
terhadap populasi itu jelas akan berbeda hasilnya. Perbedaan hasil penelitian
inilah yang dinamakan kesalahan sampling (Djarwanto, 1985 : 89).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada populasi yang diteliti itu adalah sampel
(bagian yang diteliti dari populasi). Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses
dan penyimpulan data penelitian dan
meringankan biaya penelitian. Sampling
adalah cara dalam pengambilan sampel.
Ada 2 teknik sampling
yaitu random samping (Symple Random
Sampling, Stratified Random Sampling,
Systimatic Random Sampling, Cluster
Random Sampling, Cluster Random Sampling). Selanjutnya teknik non random
sampling (Accidental Random Sampling,
Quota Random Sampling, Purposif Random Sampling).
Besar sampel
didapat ditentukan dengan rumus besar sampel berdasarkan teknik pengambilan
sampel. Selain
itu juga tergantung pada jenis data yaitu data proporsi dan data kontinu.
Saran
Diharapkan kesalahan dalam penelitian
diminimalisir atau penyimpangan-penyimpangan diperkecil. Oleh karena itu,
kesalahan diperkecil dengan pemakaian
metode pengambilan sampel yang tepat, sedangkan kesalahan nonsampling dapat
diperkecil dengan perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang hati-hati dan teliti.
mau tanya, untuk besar sampel stratified random sampling, besar sampel untuk data proporsi didapat dari buku mana ya? saya cari2 kok gak ketemu, terima kasih
ReplyDeletesaya sumbernya hanya dari search google aja mas.
Deleteuntuk admin sumbernya mohon dicantumkan agar infonya lebih jelas.trimakasih
ReplyDeleteThanks Usulnya mbak!
Deletedaftar pustaka? ada ngga
ReplyDelete